BREAKING NEWS

Potret Pilu Siswi SD ke Sekolah Lewat Sungai, Pemkot Semarang Sedang Mencari Solusi

jateng., SEMARANG - Sebuah video memperlihatkan siswi sekolah dasar (SD) berseragam putih merah menyusuri sungai demi berangkat sekolah di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) viral dan menyita perhatian publik.

Dalam video itu, bocah perempuan berinisial JES, siswi kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, tampak berjalan hati-hati di jalur sempit dan licin di tepi sungai.

Dia terpaksa menempuh jalur ekstrem itu setiap hari karena akses jalan utama menuju rumahnya ditutup akibat sengketa lahan yang berkepanjangan.

Konflik tersebut terjadi antara orang tua JES, Juladi Boga Siagian alias Paung dengan pemilik lahan bersertifikat SHM atas nama Sri Rejeki.

Kini, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sedang mencari solusi terbaik agar JES tetap bisa mengakses pendidikan tanpa melalui sungai ketika berangkat dan pulang sekolah.

Camat Gajahmungkur Puput Widhiyatmoko Hadinugroho menyebut sengketa itu telah berlangsung sejak 2019 dan telah beberapa kali dimediasi di tingkat RT, RW hingga kelurahan, tetapi tak kunjung menemukan titik temu.

"Per 17 Juli kemarin, Pengadilan Negeri Semarang memutuskan bahwa lahan tersebut sah milik Bu Sri Rejeki," kata Puput ditemui di sekitar lokasi sengketa lahan, Jalan Lamongan Selatan II Kota Semarang, Senin (28/7).

Menurut Puput, meski putusan pengadilan telah keluar, pihak Juladi masih mengajukan banding.

Sementara itu, akses jalan ditutup beberapa hari setelah putusan keluar, membuat JES dan keluarganya harus melewati jalur alternatif berupa tepi sungai yang membahayakan.

"Selama proses hukum berjalan, kami berharap ada empati dari Bu Sri Rejeki untuk membuka akses sementara, terutama agar anak tidak lagi harus lewat sungai," ujar Puput.

Dia menyebut pihak Sri Rejeki masih menunggu arahan dari kuasa hukumnya, Roberto Sinaga. Pertemuan antara para pihak dijadwalkan berlangsung pada Kamis pekan ini untuk mencari jalan tengah.

Selain konflik hukum, ketegangan sosial di lingkungan sekitar juga disebut kurang baik.

Beberapa warga mengaku komunikasi Juladi dengan tetangga kurang harmonis dan sempat terjadi insiden yang memicu ketegangan, termasuk dugaan ancaman dan perselisihan dengan warga.

"Semoga komunikasi semua pihak dengan warga bisa membaik. Yang terpenting, anaknya tidak menjadi korban dari konflik orang tuanya," ujar Puput.

Sementara itu, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kota Semarang Aji Nur Setiawan memastikan hak JES untuk mendapatkan pendidikan tetap terpenuhi.

"Permasalahannya tampaknya bukan di sekolah. Kami akan bantu semampunya agar anak tersebut tetap bisa sekolah," ujar Aji saat dikonfirmasi.

Dia berharap permasalahan orang tua tidak boleh berdampak pada kelangsungan pendidikan anak.

"Intinya anak ini harus tetap bisa sekolah. Jangan sampai karena konflik orang tua, hak-hak anak terganggu," ujarnya.

Untuk diketahui, dalam proses hukum di pengadilan, Juladi disebut menyerobot lahan milik Sri Rejeki dan mengakui kesalahannya. Namun, dia tetap mengajukan banding atas putusan tersebut.

Pantauan , rumah kecil Juladi Boga Siagian berada di tepi aliran sungai. Akses yang biasa dilaluinya seukuran pintu rumah seukuran 1 meter.

Setelah jalur itu ditutup, mereka terpaksa menggunakan jalur belakang yang curam, licin dan berbahaya, terutama saat hujan karena air sungai kerap meluap hingga ke dalam rumah. (wsn/jpnn)

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image